Sumber Sampah
Salah satu penyebab
kerusakan alam dan lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang menimbulkan
dampak negatif pada masyarakat adalah masalah sampah. Sampah merupakan sisa
buangan setiap aktifitas/kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat baik
langsung maupun tidak langsung. Permasalahan sampah dapat ditimbulkan akibat
adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sarana prasarana berkurang,
berkembangnya wilayah perkotaan, sumber daya manusia yang kurang mencukupi,
sistem manajemen pengelolaan sampah yang tidak baik, terbatasnya lahan untuk
pembuangan sampah, tidak adanya pendidikan lingkungan di masyarakat, khususnya
masalah sampah serta kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya
menjaga lingkungan.
Volume sampah yang
semakin besar akibat aktifikat kehidupan masyarakat baik masyarakat pemukiman,
perdagangan (pasar) dan perkantoran, apabila tidak dikelola secara benar, maka
akan berpotensi menimbulkan masalah. Pemahaman yang dianggap benar oleh
masyarakat bahwa permasalahan sampah adalah tanggung jawab
pemerintah saja haruslah diubah menjadi tanggung jawab kita bersama. Pemahaman
di masyarakat khususnya pada masyarakat pedagang yang selama ini ada adalah
mereka hanya berkewajiban untuk membayar retribusi sampah, untuk itu mereka
mendapatkan kompensasi atas retribusi yang dibayarkan lewat Dinas Pengelola
Pasar Pemerintah Daerah/Kota.
Pasar
sebagai tempat berlangsungnya jual beli barang yang dibutuhkan oleh setiap
komunitas, semakin besar dan kompleksnya suatu komunitas, maka semakin banyak
pasar yang dibutuhkan. Dalam lingkungan pasar, sunber-sumber sampah pasar dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan. Pasar umum
memiliki jenis sumber sampah yang lebih banyak dibandingkan pasar khusus, yakni
pasar yang hanya memperjual belikan kelompok barang tertentu, misalnya pasar
buah dan sayur seperti di Pasar Baru Bekasi. Jenis barang yang diperjual
belikan dalam suatu pasar mempengaruhi volume serta sifat dari sampah yang
dihasilkan. Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar
air tinggi, serta mudah membusuk. Oleh karena itu pengelolaan sampah pasar
perlu dilakukan secara tepat. Selain ditinjau dari karakteristik sampahnya,
pasar umumnya terletak pada area yang strategis, sehingga keberhasilan
pengelolaan sampah secara baik dan benar akan terasa oleh masyarakat dan
lingkungan sekitarnyaData Volume Sampah Pasar dari Berbagai Sumber
No.
|
Nama Pasar
|
Lokasi
|
Sampah Yang di Hasilkan (m³/hari)
|
1.
|
Pasar Kramat Jati
|
Jakarta
|
300.000
|
2.
|
Pasar Baru Bekasi
|
Kota Bekasi
|
60
|
3.
|
Pasar
Bogor
|
Kab. Bogor
|
56
|
4.
|
Pasar Tambun
|
Kab. Bekasi
|
24
|
5.
|
Pasar Cikarang
|
Kab. Cikarang
|
40
|
6.
|
Pasar Cilegon
|
Kab. Serang
|
60
|
Tabel 2. Volume Sampah dikawasan JABOTABEK
Sumber
: Harian Sinar Harapan (tgl / bln / thn)
IV.2 Sistem
Pengelolaan Sampah Pasar Baru Bekasi Saat Ini
Secara
umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan,
yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan.
Dari
sumber penghasil sampah dilakukan pewadahan dilanjutkan dengan pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan lalu dilanjutkan pembuangan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Sistem ini merupakan sitem manajemen pengelolaan sampah yang
sering diterapkan dalam penanganan sampah selama ini. Pengumpulan diartikan
sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan
sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana
bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong
maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Pengumpulan (tanpa pemilahan),
umumnya melibatkan sejumlah tenaga pengumpul sampah setiap periode waktu
tertentu.
Tahapan
pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat
transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan ini
juga melibatkan tenaga yang pada periode tertentu mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sementara ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dengan
metode ini tentu saja sampah tidak mempunyai manfaat sama sekali, belum lagi
proses pengankutan yang jauh mengakibatkan biaya transportasi begitu mahal.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengelolaan
sampah akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Secara spesifikasi
teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar
tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat
dicapai dengan baik.
Selama
ini masih banyak persepsi keliru tentang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini
menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan
pendanaan bagi penyediaan fasilitas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
dirasakan kurang prioritas dibanding pembangunan sektor lainnya.
Di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah mengalami proses penguraian secara
alamiah dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai
secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah
dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya
plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan
pengawasan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang telah ditutup.
Melalui
metode yang penulis sarankan ini diharapkan mampu memperpanjang umur TPA serta
tidak mengorbankan para pengepul barang bekas, karena metode ini hanya akan
memproses sampah organik.
Sistem Pengelolaan
Sampah Dengan Metode Fermentasi dan Destilasi
Secara umum teknologi pengelolaan limbah organik ini adalah proses pembusukan
suatu bahan organik dan penyulingan suatu zat yang akan menguap pada titik
didihnya, dalam hal ini gugus alkohol adalah zat yang di cari dari proses
destilasi ini. Saat proses fermentasi penulis diamkan sampah organik yang telah
dicampur ragi selama 9 hari. Temperatur yang di gunakan saat destilasi berkisar
antara 78°-86°C celcius.
Dari berbagai metode destilasi, penulis
menggunakan destilasi bertingkat tetapi penulis perkirakan apabila menggunakan
metode destilasi yang diterapkan untuk penyulingan minyak bumi, akan
menghasilkan alkohol yang lebih murni dan lebih tinggi kadar oktannya.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi saat proses destilasi dilakukan :
Ø
Energi input yang diberikan
akan menaikkan tekanan uap
Ø
Tekanan uap berkaitan
dengan peristiwa mendidih
Ø
Makin tinggi tekanan uapnya
makin rendah suhu yang dibutuhkan untuk mendidih.
Ø
Tekanan uap dan titik didih
pada campuran bergantung pada banyaknya komponen pada campuran
Ø
Peristiwa destilasi dapat
terjadi bila ada perbedaan tekanan uap dan titik
didih antara komponen pada
campuran.
Beberapa bahan-bahan
organik padat yang dapat dijadikan kompos, seperti limbah organik rumah tangga,
sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Selain mengenal
bahan-bahan yang dapat dijadikan kompos kita juga harus memahami dengan baik
proses pengomposan agar dapat membuat kompos dengan kualitas baik.
Proses pengomposan akan segera berlangsung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama
tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50º - 70ºC. Suhu akan tetap tinggi
selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah
mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini
terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba
di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik
menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan. Proses
pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.
Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut
proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan
karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Di bawah ini adalah tabel yang
menggambarkan jenis organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok Organisme
|
Organisme
|
Mikroflora
|
-Bakteri
-Aktinomicetes
-Kapang
|
Mikrofauna
|
Protozoa
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
Makrofauna
|
Cacing tanah, rayap, semut, kutu dll
|
Tabel
3. Organisme Yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Di bawah ini faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pengomposan :
Proses pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposkan, aktivator pengomposan yang dipergunakan,
metode pengomposan yang dilakukan. Setiap organisme pendegradasi bahan organik
membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya
sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah
padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka
organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati.
Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi
proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses
pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N
di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N
untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan
area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara
mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel
bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam
kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat
terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang
lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas
dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan
terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di
dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi
dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara
akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan
terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat
penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh
pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila
bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran
optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.
Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin
tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat
pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30º - 60ºC menunjukkan
aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60ºC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen
tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada
kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara
6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4.
Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH
bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau
lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia
dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada
fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati
netral.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses
pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara
ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti
Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini.
Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Di bawah ini tabel yang menggambarkan
kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan :
Kondisi
|
Kondisi yang bisa diterima
|
Ideal
|
Rasio C/N
|
20:1 s/d 40:1
|
25-35:1
|
Kelembaban
|
40-65%
|
45-62% berat
|
Konsentrasi oksigen tersedia
|
>5%
|
>10%
|
Ukuran partikel
|
1 inchi
|
bervariasi
|
Bulk Density
|
1000 lbs/cu yd
|
1000 lbs/cu yd
|
pH
|
5,5-9,0
|
6,5-8,0
|
Temperatur
|
43-66ºC
|
54-60ºC
|
Tabel 4.
Kondisi Yang Optimal Untuk Mempercepat Proses Pengomposan
IV.7 Manfaat
Kompos
Adapun manfaat kompos ditinjau dari
beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek bagi tanah /
tanaman adalah sebagai berikut :
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan
penimbunan limbah.
2. Mengurangi volume/ukuran limbah.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena
pembakaran limbah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk
penimbunan.
Aspek Bagi Tanah / Tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah.
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik
tanah.
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa,
nilai gizi, dan jumlah panen).
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi
tanaman.
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit
tanaman.
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara
di dalam tanah.
IV.8
Lokasi Penempatan Alat Destilator
Untuk lokasi penempatan alat untuk
pengelolaan sampah ini, penulis sarankan alat tersebut disediakan di lokasi
dekat pasar agar tidak jauh dalam proses pengangkutan.
IV.9
Sistem Manajemen Pengelolaan Sampah Pasar
Sistem
manajemen pengelolaan sampah pasar dilakukan dengan mempertimbangkan atas
beberapa hal utama serta berkaitan erat dengan sistem pengelolaan sampah
modern, yaitu :
1.
Sumber dan Volume Sampah
Dengan
volume sampah yang dihasilkan oleh pasar dari aktifitas jual beli masyarakat,
tentunya jumlah sampah yang dihasilkan cukup signifikan jika dapat dikelola
dengan reduksi optimal. Jenis sampah yang berupa sampah organik tentunya akan
sangat menguntungkan apabila sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi
bahan baku kompos. Pemilahan sampah organik tersebut dengan sampah lainnya
tetap dilakukan untuk mendapatkan kompos yang baik. Valume sampah yang demikian
besar sangat disayangkan apabila tidak dikelola dengan baik, sehingga akan
menimbulkan problem sampah saja yang tidak terselesaikan.
2.
Secara Ekonomis
Dengan
sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar serta tepat sasaran dapat menekan
biaya operasional dan biaya retribusi, sehingga beban pemerintah daerah akan
lebih ringan dalam pengeluaran biaya pengelolaan sampah.
3.
Kebersihan
Sistem
pengelolaan sampah akan sangat menentukan wajah dari suatu tempat dimana sampah
itu akan dihasilkan, apabila sistem kinerja pengelolaan sampah baik, maka wajah
tempat tersebut akan menjadi bersih dan indah. Nilai penting dari unjuk kerja
sistem pengelolaan sampah tidak saja nilai estetika, tetapi juga akan memiliki
manfaat terhadap :
a.
Perlindungan kesehatan masyarakat
b.
Perlindungan pencemaran lingkungan
c.
Pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat
d.
Peningkatan Nilai sosial Budaya Masyarakat
Pengelolaan
manajemen sampah yang baik dan benar akan memberikan (kesimpulan)
keuntungan
ditinjau dari segi ekologi, ekonomi dan kesehatan, antara lain:
Dari segi ekologis
1.
Proses destilasi dan fermentasi air sampah ini, serta pembuatan kompos dari
sisa destilasi akan mengurangi volume sampah/limbah yang ada, sehingga hal
tersebut akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan pasar dan
kebersihan
2.
Mengurangi pencemaran yang di akibatkan dengan menumpuknya limbah sampah di
pasar
3.
Alkohol mempunyai banyak manfaat ,dan pupuk kompos dapat bermanfaat untuk
kebutuhan lingkungan/tanah dan tanaman.
4.
Memberikan upaya alternatif pelestarian lingkungan.
5.
Menghilangkan kesan jorok, kumuh, kotor dll, karena banyaknya timbunan sampah
yang tidak terurus secara baik
Dari
segi ekonomi
1.
Mengurangi volume sampah yang diangkut, sehingga dapat menekan biaya
tranportasi, biaya tenaga kerja dan biaya peralatan
2.
Dengan berkurangnya jumlah sampah yang dikirim ke TPA akan menambah panjang
umur pemakaian TPA.
3.
Memberikan kesempatan kepada pengepul barang bekas untuk mengambil sampah non
organik yang dapat didaur ulang.
Dari
segi kesehatan
1.
Berkurangnya pencemaran yang diakibatkan dari sampah/limbah akan memberikan
dampak positif terhadap kesehatan.
2.
Berkurangnya penyebaran penyakit yang ditimbulkan oleh sampah.
IV.10 Sistem Pengelolaan Sampah
Perlu Diubah
Pada
dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem TPA (tempat
pembuangan akhir) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin
sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus
dipertahankan akan membuat kota dikepung “lautan sampah” sebagai akibat kerakusan
pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah. Pembuangan yang
dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat terbuka juga
berakibat meningkatnya intensitas pencemaran. Selain itu yang paling dirugikan
dan selama ini tidak dirasakan oleh masyarakat adalah telah dikeluarkannya
miliaran rupiah untuk membuat dan mengelola TPA.
Penanganan
model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi
penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal pengelolaan
TPA (tempat pembuangan sampah) masih sangat buruk mulai dari penanganan air
sampah (leachet) sampai penanganan bau yang sangat buruk.
Cara
penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara
membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan
lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan
mengurangi biaya penanganannya.
Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk
diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof
(1977) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan
terbagi atas 4 tahap, yaitu : a) partisipasi pada tahap perencanaan, b)
partisipasi pada tahap pelaksanaan, c) partisipasi pada tahap pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan dan d) partisipasi dalam tahap pengawasan dan
monitoring. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses
pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain : kebutuhan,
harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral,
dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.
Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk
menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun
ke tahun yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10
tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Reduce (mengurangi),
Reuse (penggunan kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif
aplikatif dan dapat bernilai ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan
sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Model ini akan dapat
memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD yang berat. Selain
itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan
memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang
diterapkan saat ini.
Pengelolaan Sampah
Terpadu Menuju Pembangunan Berkelanjutan
Volume
sampah di kota-kota besar, misalnya di Jakarta yang mencapai 24000 hingga 27000
m³/hari menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Jakarta sudah pada tahap
menghawatirkan bila tidak dikelola secara baik, dimana potensi konflik dapat
meledak sewaktu-waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan ulang secara menyeluruh tentang
konsepsi pengelolaan sampah di perkotaan. Persoalan yang mendesak dan sulit
untuk diatasi pada masyarakat di kota besar adalah rantai distribusi yang
terlalu panjang dan pola TPA (tempat pembuangan akhir) yang sentralistis, dimana jika satu unit mengatasi masalah,
maka seluruh sistem akan terganggu. Puluhan miliar dikeluarkan oleh Pemerintah
Provinsi hanya untuk menangani sampah.
Konsep rencana pengelolaan
sampah perlu dengan metode yang penulis rekomendasikan ini dapat diandalkan dan
efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Sistem tersebut harus dapat
melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan
memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.
Pendekatan yang digunakan dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini adalah
“meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan dalam
paradigma baru pengelolaan sampah”. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk
mengubah cara pandang “sampah dari bencana menjadi berkah”. Hal ini penting
karena pada hakikatnya pada timbunan sampah itu kadang-kadang masih mengandung
komponen-komponen yang sangat bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi tinggi
namun karena tercampur secara acak maka nilai ekonominya hilang dan bahkan
sebaliknya malah menimbulkan bencana yang dapat membahayakan lingkungan hidup
Kesimpulan
Ø Perubahan
pengelolaan sampah dari sistem lama ke sistem baru yang menekankan pada proses
pemilahan, pengumpulan, pemprosesan manjadi bahan yang bernilai ekonomis,
sedikit demi sedikit perlu dikenalkan kepada masyarakat khususnya pengelola,
pedagang dan pengunjung pasar.
Ø Sistem
pengelolaan sampah pasar menjadi alkohol dan kompos memberikan banyak
keuntungan secara ekonomis karena dapat menyumbangkan untuk
pembiayaanpengelolaan sampah itu sendiri sehingga mengurangi beban APBD Kota
Bekasi.
Ø Manajemen
pengelolaan sampah pasar secara makro akan memberikan dampak yang sangat
positif kepada perkembangan perekonomian Kota Bekasi karena masyarakat akan
lebih senang datang ke pasar tradisional.
Saran-Saran
Ø Pengelola kebersihan
pasar Kota Bekasi perlu untuk menyediakan tempat sampah sesuai dengan jenis
sampah yang dhasilkan oleh pedagang.
Ø Metode pengelolaan
sampah pasar yang penulis rekomendasikan ini dari perlu mendapat perhatian
khusus dari semua pihak agar benar – benar terlaksana.Slogan – Slogan tentang
kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.
Ø Komposting dari sampah
pasar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar benar – benar
terlaksana.
Ø
Slogan – Slogan tentang
kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.